UNTUKmengubah dari ‘tidak bisa’ menjadi ‘bisa’ adalah berani mencoba. Tak jarang orang berpikiran negatif bahwa dirinya tidak bisa melakukannya dikarenakan mereka belum mencoba. Prinsip itulah yang membuat Kepala Sekolah SMA Negeri Buper Waena Jayapura, Anton Djoko Martono untuk menjadikan anak didiknya dari ‘tidak bisa’ menjadi ‘bisa’. Termasuk menjadikan peserta program beasiswa Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) yang mengikuti pendidikan pada SMA Negeri Buper Jayapura agar mampu dan bisa berhasil sebagaimana anak didik lainnya.
Kepala Sekolah SMA Negeri Buper Jayapura, Anton Djoko Martono ketika menerima kunjungan Tim Pengawas YPMAK di ruang kerjanya pada Kamis (3/6) menjelaskan secara umum peserta program beasiswa YPMAK yang saat ini mengenyam pendidikan pada SMA Negeri Buper Jayapura tergolong baik.
Tim Pengawas YPMAK yang berkunjung ke SMA Negeri Buper Jayapura adalah Ketua Pengawas, Yohanis Mamiri, Anggota Pengawas, Samuel Rorimpandey dan Yohanes Kibak serta Wakil Direktur YPMAK Bidang Monitoring dan Evaluasi, Yohan Wambrauw, Kepala Divisi Monev Ekonomi, Detta Tarigan dan Admin Pembina dan Pengawas, Erlina Timang.
Secara akademik menurut Kepala Sekolah Djoko Martono, anak-anak peserta program beasiswa punya kemampuan bahkan ada diantara mereka termasuk siswi berprestasi. Perilaku anak-anak peserta program beasiswapun baik bahkan mereka tak sungkan-sungkan bertanya kepada para guru ketika mengalami kendala dalam hal pelajaran ataupun persoalan pribadi. Semangat belajar anak-anak, sebagaimana dilaporkan Anton Djoko Martono, sangat bagus dan merekapun antusias untuk mengikuti kegiatan extra kurikuler.
“Persoalan yang kami hadapi saat ini adalah pandemi covid-19 sehingga aktifitas belajar semua online. Kami terpaksa sewa satelit agar bisa menjalankan proses belajar mengajar secara online di lingkungan sekolah sebab lokasi sekolah yang berada di atas ketinggian gunung,” jelas Anton. Data jumlah peserta beasiswa YPMAK pada SMA Negeri Buper Waena Jayapura sebanyak 11 orang.
Anggota Pengawas YPMAK, Samuel Rorimpandey mengapresiasi dan berterimakasih kepada pihak managemen SMA Negeri Buper yang telah bekerjakeras mendidik anak-anak Kamoro dan Amungme serta lima suku kerabat lainnya yang menjadi peserta beasiswa YPMAK dan tercatat aktif mengikuti pendidikan pada SMA Buper.
Kesempatan itu Samuel juga menjelaskan tentang adanya perubahan organisasi dari LPMAK menjadi YPMAK. Kendati berubah nama namun Samuel mengatakan programnya masih sama dan terus berjalan.
Salah satu peserta program beasiswa, Feby Crusita Kanipiau menyampaikan rasa terimakasihnya kepada YPMAK yang telah memberikan bantuan beasiswa sehingga dia bersama rekan-rekannya bisa bersekolah pada SMA Negeri Buper yang lebih dikenal dengan sebutan SMA Unggulan.
Sementara Samuel Rorimpandey mewakili tim pengawas mengingatkan peserta beasiswa yang diwakili Feby Crusita Kanipiau agar memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. “Kesempatan itu tidak datang kedua kali. Tugas adik-adik adalah jaga kesehatan dan belajar sebab semuanya sudah ditanggung oleh YPMAK. Adik-adik patut bersyukur kepada Tuhan sebab dari sekian banyak anak-anak Kamoro dan Amungme yang ada luar sana, adik-adik ini menjadi orang pilihan yang mendapatkan beasiswa,” kata Samuel.
Selain SMA Negeri Buper Waena Jayapura, Tim Pengawas juga melakukan pertemuan dengan mitra pendidikan tingkat sekolah menengah yaitu SMA Negeri Tiga Sentani.
Kepala Sekolah SMA Negeri Tiga Sentani, Septinus Peday kepada Pengawas YPMAK melaporkan, peserta program beasiswa tingkat SMA pada SMA Negeri Tiga Sentani yang lulus pada tahun ajaran ini, sebagian diantara mereka melanjutkan pendidikan pada Universitas Negeri Cenderawasih Jayapura. Pihak sekolah, kata Peday hanya membantu mendaftarkan sedangkan proses selanjutnya akan mengikuti seleksi yang dilakukan pihak perguruan tinggi.
Berdasarkan data, jumlah peserta program beasiswa yang aktif bersekolah pada SMA Negeri Tiga Sentani untuk Kelas XII sebanyak 20 orang pada semester genap dan semester ganjil. Sedangkan untuk Kelas XI tercatat sebanyak 21 orang.
Selain melakukan pertemuan dengan Kepala Sekolah SMA Negeri Buper Waena dan SMA Negeri Tiga Sentani, Tim Pengawas juga berkunjung dan melakukan pertemuan dengan coordinator pengurus serta pengelola program kerjasama Universitas Negeri Cenderawasih Jayapura serta Universitas Sains dan Teknologi Jayapura.
Pada pertemuan dengan USTJ, Penanggungjawab Program Kerjasama Universitas Sains Teknologi (USTJ) Jayapura mengatakan komitmennya agar tetap mendukung dan mendorong peserta program beasiswa YPMAK agar bisa menyelesaikan pendidikannya tepat waktu. Kendati demikian, Penanggungjawab Program mengakui situasi paling berat menghadapi para peserta program beasiswa adalah keberadaan mereka di lingkungan tempat tinggal atau kebiasaan hidup sehari-hari.
Wakil Rektor Dua USTJ, Ibu Since mengatakan pengalaman mereka untuk dua kali angkatan, masalah kesehatan paling penting karena banyak anak-anak yang dikirim mengalami persoalan kesehatan sehingga hal ini dirasa paling penting. “Akademiknya bagus tapi kesehatan terganggu juga kasian mereka. Jadi, masalah akademik harus didukung dengan kesehatan yang baik, padahal anaknya berkeinginan untuk sekolah namun persoalan kesehatan membuatnya mengalami kegagalan,” jelas Since.
Persoalan kesehatan ini berpengaruh juga pada kuota yang diharapkan tidak mencapai target. Sebagaimana yang dialami awalnya jumlah peserta program beasiswa sebanyak 31 orang namun berkurang hingga menyisakan 22 orang. Ada yang datang dengan penyakit bawaan tapi ada juga datang sudah mengalami penyakit kronis.
Masih menurut Since, pentingnya medical chek-up dilakukan terhadap peserta program beasiswa sebelum mereka diterima sehingga mereka tidak asal diterima namun ada dokumen hasil medical.
Pihak mitra USTJ juga menyarankan agar masalah penjurusan jangan ditentukan oleh YPMAK melalui Divisi Pendidikan tapi sebaiknya dipilih sendiri oleh calon peserta program beasiswa. Hal ini penting untuk mengantisipasi permintaan pindah jurusan studi yang kerap dilakukan oleh para mahasiswa akibat ketidakmampuan atau ketidaksukaan mahasiswa pada jurusan yang telah ditentukan
“Kalau penentuan jurusan, karena semua mau mendapat beasiswa, mereka akan terima saja, namun saat proses berjalan akhirnya mereka kaget dengan jurusan yang terlanjur dipilih berdasarkan penentuan. Misalnya jurusan elektro atau pertambangan, mereka memilih jurusan tersebut karena ditentukan, ketika sudah mmasuki perkuliahan baru mereka sadar akan tingkat kesulitan yang dihadapi,” kata Telly Sembor selaku koordinator program kerjasama USTJ-YPMAK.
Sekadar contoh mahasiswa jurusan elektro kebanyakan minta pindah ke pertambangan karena mereka merasa berat dengan hitung-hitungan menyangkut pelistrikan jika dibanding jurusan tambang yang kebanyakan di lapangan, tambah Telly.
Kondisi ini, menurutnya menjadi persoalan mental yang akhirnya menghambat semangat belajar sebab peserta beasiswa merasa terbebani dengan jurusan yang tidak sesuai dengan keinginannya. “Kalau sudah demikian maka anak-anak lebih memilih tinggal di asrama, tidak ke kampus, dengan demikian penanggungjawab program kerjasama melakukan inspeksi mendadak ke asrama untuk mengajak bahkan memberikan dorongan supaya mereka bisa kembali kuliah. Ada juga yang datang kuliah tapi sampai di ruang kuliah langsung pergi meninggalkan ruangan, itu karena minat mereka pada program studi yang tidak sesuai,” ujar Telly.
Masih menurut Telly, syukur bahwa keterlibatan tim penanggungjawab kerjasama ini sudah berkomitmen dengan kontrak kerja bersama YPMAK sehingga tim tetap bekerja keras agar anak-anak mahasiswa peserta beasiswa mau mengikuti perkuliahan dengan melakukan pendampingan khusus oleh dosen-dosen serta kepala program studi juga pengelola program.
Masukan lain yang juga mengemuka pada pertemuan itu adalah mitra lembaga pendidikan berharap para orang tua diharapkan membuat surat pernyataan agar jangan seenaknya memanggil pulang anak terkecuali kasus tertentu seperti kedukaan. Apalagi hanya untuk mengikuti acara adat.
Anggota Tim Pengawas YPMAK, Samuel Rorimpandey mengatakan, kunjungan tim ke para mitra pada Maret lalu adalah Pengurus YPMAK. Sedangkan pada kunjungan ini dilakukan oleh tim pengawas. Pada kesempatan itu Samuel menjelaskan tentang perubahan yang terjadi dari LPMAK menjadi YPMAK. YPMAK secara organisasi terdiri atas Pembina, Pengawas dan Pengurus . Pengawas, kata Samuel, merupakan perpanjangan tangan dari Pembina untuk melihat bagaimana kinerja dari pengurus. Nah, pada kunjungan ke USTJ pada awal Juni adalah dari para pengawas yang terdiri atas Ketua Tim Pengawas, Yohanes Mamiri, Anggota Tim, Samuel Rorimpandey dan Yohanes Kibak. Yohanes Mamiri sebagaimana dijelaskan Samuel adalah perwakilan Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro sedangkan Yohanes Kibak adalah perwakilan Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme.
“Kami sudah dan akan terus melakukan tugas bagaimana cara kerja dan bagaimana program yang sudah diputuskan oleh Pembina bagaimana pelaksanaannya oleh pengurus,” jelas Samuel.
Sedangkan pada tingkat Pengurus, sebagaimana dijelaskan Samuel terdiri atas lima orang dan semua dari kalangan professional yaitu Vebian Magal sebagai Direktur, Ifa Karupukaro sebagai Wakil Direktur Bidang Program dan Perencanaan, Wakil Direktur Bidang Monitoring dan Evaluasi, Yohan Wambrauw serta Yohana Saidui sebagai Sekretaris dan Ramlon Marbun sebagai bendahara.
YPMAK baru terbentuk pada Desember 2019 tapi efektif beroperasi pada awal April 2020. Tim Pengawas barusan mengawali kunjungan di seputar daerah Timika karena persoalan Covid-19 yang membuat tidak bisa keluar Timika. Kunjungan ke Manokwari dan Jayapura merupakan kunjungan pertamakali keluar Timika. Secara umum, pengawas ingin mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya, mulai dari proses pendidikan anak-anak dan jumlah anak yang terdaftar aktif serta pembayaran, tempat tinggal, perilaku juga masalah akademiknya. Semua informasi ini sangat berguna sebab akan dianalisa dan disampaikan kepada Pembina, apabila perlu ada perubahan maka Pembina akan membuat keputusan untuk dilaksanan oleh pengurus. Pengawas tidak bermaksud mancari kesalahan tapi berharap akan lebih baik kedepannya.
“Terus terang setelah bertemu dengan pihak mitra di Manokwari dan SMA Tiga Sentani, banyak kendala terkait akademik bahkan ada yang IPK nol koma, hal ini perlu dicari solusinya. Beasiswa yang menjadi salah satu program YPMAK seharusnya bisa dipergunakan sebaik-baiknya karena ada banyak anak diluar yang punya kemampuan tapi tidak memiliki kesempatan seperti anak-anak yang saat ini mendapat beasiswa.
“Jadi anak-anak yang dapat ini harusnya pergunakan dengan baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mendapatkan kesempatan,” kata Samuel sembari menambahkan bahwa tugas pengawas adalah independen atau mandiri dan sama seperti yayasan lainnya, pengawas tidak dibayar sehingga tugas pengawasan tidak bisa secara terus menerus. Sebaliknya para mitra akan lebih banyak bertemu dengan tim monitoring dan evaluasi karena tim monev akan memastikan secara detail secara program,” jelasnya.
Sementara itu menurut Ketua Pengawas, John Mamiri dari jumlah anak yang masih kuliah saat ini di USTJ, John menyetujui langka-langka yang dilakukan USTJ tentang penegasan masa studi sesuai kontrak dengan YPMAK. Konsistensi terhadap masa studi itu sangat penting sehingga menurut John, semua saran dan masukan dari mitra pendidikan YPMAK akan menjadi catatan penting bagi tim pengawas untuk memberikan laporan kepada Pembina dan pengurus. Jika dibiarkan maka terjadi pemborosan biaya, padahal masih ada anak lain yang membutuhkan biaya untuk pendidikan. Situasi yang dialami mitra pendidikan di Papua, sama juga yang terjadi di pulau Jawa, banyak anak-anak yang pendidikannya mereka telah melewati masa studi.
John menyarankan kepada mitra pendidikan agar kedepan mulai memprogramkan pendidikan nonformal berupa pendidikan kader atau pelatihan-pelatikerhan serta pendidikan kerohanian sehingga anak-anak tidak jenuh dengan pendidikan formal.
“Kalau dia belajar terus di kampus bisa bosan, mungkin baik ada pola pendidikan minat dan karakter sehingga mereka bisa belajar hal-hal positif lain dimana setelah selesai dari kampus, ketika kembali ke kampungnya bisa menerapkan juga apa yang mereka belajar secara informal,” harap John.
Surat pernyataan
Kunjungan Pengawas YPMAK pada sejumlah mitra pendidikan di Manokwari dan Jayapura ternyata menemukan sejumlah persoalan yang nyaris sama. Hal itu terlihat dari pertemuan Pengawas dengan Koordinator Program Kerjasama YPMAK dan Universitas Negeri Cenderawasih Jayapura setelah sebelumnya pertemuan dengan USTJ Jayapura.
Koordinator Program Kerjasama Uncen dan YPMAK, Vince Tebay mengemukakan, sampai saat ini mahasiwa yang aktif di semester terakhir berjumlah 19 anak dari 25 anak dan laporannya telah diberikan kepada Divisi Pendidikan YPMAK. Vince Tebay melaporkan, pada dua semester terakhir kuliahnya bersifat daring sehingga mahasiwa dimana saja bisa mengikuti kuliah. Sedangkan bagi anak-anak yang saat ini masih berada di Timika, sebagaimana dijelaskan Vince, pihaknya sudah menghubungi mereka agar segera kembali ke kampus dengan cara pihak mitra menahan biaya hidup mereka karena tidak berada di kota studi. Alhasil ada beberapa anak yang telah kembali ke kota studi dan sudah melapor diri tapi perkuliahannya tetap online.
Tentang pemondokan dari mahasiswa peserta program beasiswa YPMAK di Uncen Jayapura sebagaimana dilaporkan Vince Tebay, mereka ditempatkan pada kost-kostsan para dosen agar bisa dikontrol. Namun demikian Vince mengakui ada persoalan-persoalan lingkungan yang terkadang harus ditangani oleh pengurus dan pengelola program kerjasama Uncen-YPMAK. Vince menyebutkan ada kejadian dimana mereka merusak fasilitas yang ada akibat pengaruh minuman keras.
Pernah ada kejadian serupa dan pengelola program telah memberikan warning kepada anak-anak yang mengonsumsi miras. Sebagai pendidik, kata Vince terkadang pihaknya habis kesabaran namun ia bersama-sama para dosen berusaha untuk menahan emosi supaya bisa memberikan dorongan agar para mahasiswa dapat berubah dan konsentrasi pada perkuliahan sehingga cepat selesai.
Hal lain adalah pada awalnya IPK mereka memang kurang, hanya ada dua orang yang IPKnya hampir mencapai tiga. Puji Tuhan menurut Vince sekarang kebanyakan dari mereka IPKnya sudah baik karena mereka terus berjuang. Secara umum saat ini mereka mulai meningkatkan kemampuan belajar sehingga IPK yang tadinya satu bisa menjadi dua setengah dan mendekati tiga.
“Kendala yang kami hadapi adalah keterlambatan pengiriman uang sehingga terkadang kami pinjam kepada pihak ketiga untuk pembayaran SPP bahkan terkadang anak-anak yang punya uang membayar dulu kemudian diganti. Mengenai hal ini, mohon perhatian dari YPMAK agar kedepan jangan sampai terjadi lagi,” kata Vince sembari menambahkan bahwa Rektor Uncen sangat mendukung kerjasama antara YPMAK dengan pihak Uncen.
Menyikapi persoalan-persoalan yang dilakukan anak-anak peserta beasiswa YPMAK, Vince mengusulkan kepada YPMAK melalui Divisi Pendidikan agar nantinya ketika mengirim lagi pserta program beasiswa keluar Timika, perlu dibuatkan surat pernyataan untuk mengikuti semua aturan agar nantinya ketika mereka melakukan pelanggaran, sudah jelas sanksinya.
Hal lain yang disampaikan Vince berkaitan dengan mental dan karakter anak-anak peserta beasiswa, menurutnya YPMAK perlu memikirkan agar sebelum anak-anak dikirim keluar Timika, perlu dilakukan pembinaan dan pemahaman kepada mereka selama satu atau dua minggu agar mereka paham tentang proses yang akan dihadapi pada masa perkuliahan nantinya. Setidaknya merubah pola pikir dari masa SMA ke dunia kampus atau perguruan tinggi. Pola pikir mereka menurut Vince perlu dirubah
Kesempatan pertemuan itu, Vince juga mengutarakan adanya peserta program beasiswa yang pindah jurusan dari jurusan ekonomi ke fisip dengan alasan mereka tidak mampu bertahan pada jurusan ekonomi yang kebanyakan dengan hitung-hitungan. Untuk mereka yang pindah jurusan ini akan diikutkan pada semester pendek untuk menggantikan semester yang tertinggal. Mengenai kegiatan ektra lainnya, Vince mengakui tidak bisa melakukan sebab situasi saat ini semuanya belajar secara on line dan untuk pendampingan secara online, belum tentu bisa diikuti oleh anak-anak.
“Bisa saja mereka aktifkan handponetapi mereka sendiri tidak berada di tempat. Kita akan lakukan nanti saat belajar offline namun biasanya yang dating juga sangat terbatas. Awalnya yang datang banyak tapi kemudian menyisakan tiga atau empat orang tapi kami terus berupaya untuk nantinya mereka diberikan sertifikat selain ijasah sebab untuk melamar pekerjaan swetidaknya ada sertifikat selain ijasah,” jelasnya.
Latihan ketrampilan dan kewirausahaan seperti tambak lele sudah dilakukan namun kendala terbesar adalah pandemic covid-19 sehingga sementara ini terhenti. Dari tambak lele ini, ada satu anak yang berhasil dan bisa jualan lele di Jayapura
Wakil Direktur Bidang Monitoring dan Evaluasi, Yohan Wambrauw pada kesempatan itu memperkenalkan Tim Pengawas YPMAK yang terdiri atas Yohanis Mamiri sebagai Ketua Pengawas YPMAK sekaligus perwakilan Lembaga Musyawarah Adat Suku Kamoro (LEMASKO) dengan anggota Samuel Rorimpandey perwakilan PT Freeport Indonesia dan Yohanes Kibak perwakilian Lembaga Musyawarah Adat Suku Amungme (LEMASA).
“Semua masukan dari pihak mitra UNCEN sangat penting untuk menjadi perhatian dan tentunya akan disampaikan kepada pengurus dan Pembina yayasan,” kata Yohan.
Menanggapi masukan terkait surat pernyataan yang diperuntukan bagi peserta program beasiswa, menurut Yohan hal itu sangat penting karena secara keseharian pihak pengelola dan pengawas di uncen yang selalu bersama-sama dengan anak-anak. Kedepan, surat pernyataan itu sangat penting ditandatangani oleh peserta program bersama orang tuanya.
Anggota Pengawas YPMAK, Samuel Rorimpandey pada pertemuan itu lebih menyikapi masukan dari pihak pengelola program kerjasama terkait keterlambatan pengiriman biaya. Menjawab hal itu, pengurus program mengatakan, biasanya setiap akhir semester semua laporan penggunaan dana disiapkan dan dilaporkan namun kerap terjadi keterlambatan pengiriman. Hal ini membingungkan pengelola dan pengurus kerjasama. Akibat keterlambatan pengiriman dana, pengelola program biasanya dicecar oleh peserta beasiswa seakan-akan pengelola dan pengurus sengaja menahan uang saku mereka. (thobias maturbongs)