Pengelola Dana Kemitraan                Pilih Bahasa : EnglishIndonesian

Mahasiswa Kamoro Lebih Banyak Berhasil di UNIPA Manokwari

Jumat, 16 Juli 2021

Selama kurun waktu lima tahun terakhir yang paling banyak berhasil adalah anak-anak Suku Kamoro. Dari sekian banyak anak Kamoro hanya satu orang yang tidak melanjutkan pendidikan. Selain Kamoro, anak-anak Suku Mee menempati peringkat kedua.

 

KEMITRAANantara Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) dengan Universitas Negeri Papua (UNIPA) Manokwari diharapkan memberikan manfaat bagi putra-putri peserta program beasiswa asal Suku Kamoro dan Amungme serta lima suku kekerabatan.

Harapan itu disampaikan Pembantu Rektor Satu UNIPA Manokwari, Dr Sepus M Fatem, S.Hut, M.Sc di Manokwari pada Selasa (1/6) saat menerima kunjungan Tim Pengawas Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) yang diketuai Yohanis Mamiri bersama anggota tim, Samuel Rorimpandey, Yohanes Kibak dan Wakil Direktur YPMAK Bagian Monitoring dan Evaluasi (monev), Yohan Wambarauw serta Kepala Divisi Monev Program Ekonomi, Detta Tarigan dan Admin Badan Pendiri dan Pengawas YPMAK, Erlina Timang.

Sebagai Pembantu Rektor Satu yang bertanggungjawab dalam bidang pendidikan, Dr Sepus Fatem mengatakan di Papua dalam konteks pendidikan ada semacam terjadi  degradasisecara global dari sisi sikap dan perilaku pada mahasiswa.

Degradasi itu menurut Sepus, tidak saja di UNIPA tapi juga di Universitas Negeri Cenderawasih dan perguruan tinggi lain. Sebab itu berkaitan dengan kerjasama kedepan diharapkan lebih banyak didorong untuk program soft skillapalagi sekarang Menteri Pendidikan telah menetapkan kebijakan merdeka belajar di kampus merdeka, jadi tidak lagi mahasiswa menyelesaikan studi dengan menghasilkan sebuah skripsi tapi dia bisa terlibat dalam delapan aktifitas dari merdeka belajar.

“Jadi merdeka belajar itu dia bisa mengikuti delapan program kemudian direkoqnisi dari delapan program itu masing-masing program bisa 12 hingga 24 SKS. Jadi ada yang namanya asisten mengajar di satuan pendidikan, misalnya satu anak Kamoro atau Amungme dia mengajar di salah satu Sekolah Dasar di Manokwari selama satu semester, kita rekoqnisi 12 SKS itu misalnya ada sejumlah mata kuliah dengan skripsi, kita rekoqnisi dia sehingga bisa layak untuk wisuda tanpa harus kuliah empat atau lima mata kuliah yang selama ini kita lakukan,” jelas Sepus. Berikutnya, tambah Sepus, ada yang namanya proyek kemanusiaan, misalnya ada bencana sosial seperti banjir atau tanah longsor dimana mahasiswa mengumpulkan bahan makan atau pakaian layak pakai dan melaksanakan gerakan kemanusiaan, selain itu kegiatan KKN Tematik misalnya ada kampung-kampung yang ditempatkan mahasiswa untuk membantu masyarakat membuat salah satu usaha misalnya produksi minyak lawang atau pengelolaan sagu atau misalnya magang di dunia industri dan dunia usaha direkoqnisi untuk mereka selesai karena direkoqnisi 16 SKS. Juga pertukaran pemuda, misalnya satu mahasiwa UNIPA yang asal Timika bisa mengontrak dua hingga tiga mata kuliah di UGM atau di UNHAS setelah itu direkoqnisi.

“Hal-hal ini sementara dilakukan. Sebab itu diharapkan dengan kerjasama dengan YPMAK akan mempermudah anak-anak asal Timika bisa didorong ikut magang di Freeport kemudian direkoqnisi supaya bisa selesai,” kata Sepus.

Pada pertemuan itu Sepus menyebutkan kondisi para mahasiswa saat ini ada semacam lompatan sehingga menurutnya harus diakui bahwa perguruan tinggi harus mempersiapkan berbagai pembinaan menghadapi lompatan dimaksud. Termasuk juga perlu dipikirkan pendidikan kader untuk para mahasiswa asal Timika sehingga mereka juga belajar kegiatan nonformal agar mereka dibekali kemampuan diri secara mandiri.

Sementara itu Penanggungjawab Program Kerjasama UNIPA Manokwari dan YPMAK, Dr Isak Erari kepada Tim Pengawas YPMAK  melaporkan bahwa kerjasama antara LPMAK dan UNIPA telah berjalan sejak 2007silam, ketika itu LPMAK diera Sekretaris Eksekutif dijabat oleh John Nakiaya. Kerjasama saat itu di bidang pendidikan kemudian dilanjutkan dengan kerjasama program Kuliah Kerja Nyata (KKN) termasuk program pendampingan ekonomi kampung.

“Program kerjasama KKN dan pendampingan ekonomi itu lebih pada kerjasama di bidang ekonomi,” jelas Isak Erari sembari menambahkan pada 2008 dilanjutkan lagi dengan program semi asrama di Kaokanao, Arwanop dan Tsinga namun program tersebut tidak berjalan.

Mengenai kerjasama pada bidang pendidikan, sebagaimana disampaikan Isak Erari, awal kerjasama tidak ada program matrikulasi. Jadi, menurut Erari, awalnya ada sebanyak 28 orang yang dikirim berasal dari sejumlah SMA di Timika. Selain itu, ada juga yang berlatar belakang guru agama. Dari jumlah tersebut, kata dia, setengahnya pulang terutama yang lulusan guru agama, sedangkan sisanya bisa menyelesaikan pendidikan.

“Nah berikutnya baru dilakukan program matrikulasi. Tahun 2007 ada program reguler, tahun 2008 tidak ada program reguler dan pada 2009 barulah peserta program matrikulasi memasuki kuliah reguler,” ujarnya.

Isak merinci, yang masuk pada program reguler ketika itu sebanyak 126 orang dan sampai saat ini sebanyak 56 orang telah menyelesaikan studinya dan untuk semester ini menyisakan 12 mahasiswa. Dari 12 mahasiswa itu, satu mahasiswa telah menyelesaikan studi sedangkan satu mahasiswa sakit dan jemput orang tuanya dibawa pulang ke Timika.

Isak mengisahkan, situasi politik di Papua saat ini memang sangat mempengaruhi para mahasiswa di kampus. Dia membandingkan pada 2014 para mahasiswa peserta program beasiswa tergolong bagus namun pada 2019 ketika muncul isu rasisme, ada mahasiswa yang meninggalkan kampus padahal menurut Isak, saat itu mereka menghadapi ujian. Fenomena lain yang ikut mempengaruhi para mahasiswa adalah ketika salah satu keluarganya terlibat dalam pilkada maka mahasiswanya akan meninggalkan kampus dan kembali ke daerahnya untuk menjadi tim sukses.

Kendati demikian, menurut Isak, saat ini sudah ada perubahan pada para mahasiswa. “Mungkin ada kesadaran dari para mahasiswa itu sendiri sehingga mereka memperbaiki citranya. Ada persoalan lain yang dihadapi yaitu para mahasiswa peserta program beasiswa ini kurang bersosialisasi dengan rekan-rekannya dari daerah lain,” ujarnya.

Menurut Isak, peserta program beasiswa asal tujuh suku yang menjadi peserta beasiswa YPMAK, selama kurun waktu lima tahun terakhir yang banyak mengalami kegagalan adalah Suku Moni. Hal itu disebabkan mereka ketika pulang kampung, sudah malas kembali kuliah. Tragisnya ada diantara mereka yang tercatat sebagai mahasiswa tingkat akhir.

Sedangkan yang paling banyak berhasil adalah anak-anak Suku Kamoro. Dari sekian banyak anak Kamoro hanya satu orang yang tidak melanjutkan pendidikan. Selain Kamoro, anak-anak Suku Mee menempati peringkat kedua.

Berdasarkan data yang dikeluarkan pengelolah program kerjasama UNIPA-YPMAK, saat ini tercatat sebagai mahasiswa aktif semester genap tahun 2020-2021 sebanyak 12 orang dari sejumlah program studi yaitu Teknik Informatika, Teknik Pertambangan, Peternakan, Sastra Indonesia, Ekonomi Pembangunan dan Agribisnis.

Pola pendidikan nonformal

Ketua Pengawas YPMAK, Yohanis Mamiri usai mendengar paparan dan penjelasan dari pihak pengelolah program kerjasama UNIPA dan YPMAK mengatakan, Pengawas YPMAK bertemu para mitra YPMAK hanya untuk melihat bagaimana program-program LPMAK dan selanjutnya sampai pada YPMAK, apakah program selama ini berjalan baik, bagaimana dengan peserta program mahasiswa yang ada dibawa pengawasan para mitra termasuk pengelolaannya seperti apa. Hasilnya, menurut Mamiri akan disampaikan kepada Managemen YPMAK sebab tugas pengawas adalah melihat semua program yang dikerjakan oleh YPMAK berkaitan dengan pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. “Pengawas akan meminta semua informasi apakah penggunaan dana sesuai program sebagaimana harapan dari para pihak dan menyampaikan kepada Pembina untuk menindaklanjuti semua temuan dari pengawas. Hasil itu yang akan disampaikan kepada Badan Pengurus sebagai pelaksana program,” jelas Mamiri pada kesempatan pertemuan tersebut.

Ketua Pengawas YPMAK yang akrab dipanggil John itu menjelaskan kepada pihak UNIPA tentang perubahan yang terjadi dari LPMAK menjadi YPMAK.

Sebagaimana dijelaskan John, kendati terjadi perubahan pada nama organisasi yaitu lembaga menjadi yayasan namun semua program berjalan seperti biasa, cuma ada perubahan pada nama seperti dulunya biro pendidikan berubah menjadi divisi pendidikan selanjutnya ada bagian yang namanya monitoring dan evaluasi (monev) yang mana setiap program yang dilakukan oleh pengurus akan dipantau oleh monev untuk program pendidikan, kesehatan maupun ekonomi.

Mengenai kendala-kendala yang dialami para dosen pembimbing maupun pendamping yang terlibat langsung dalam program kerjasama UNIPA dan YPMAK, John mengatakan, pendidikan formal dan nonformal lebih banyak pendidikan formal yang diterapkan dan terkadang pendidikan nonformal disepelekan.

”Sebab itu perlu dipikirkan bagaimana menerapkan pola pendidikan nonformal agar anak-anak kita bisa bersosialisasi. Terkadang para mahasiswa  jenuh juga dengan aktifitas belajar secara rutin sehingga perlu dilakukan pendidikan nonformal bagi mereka. Selain itu perlu juga pendidikan karakter dan mental karena menyangkut iman mereka itu sendiri. Perlu dipikirkan juga pola pendidikan yang dipadukan dengan kegiatan kerohanian sehingga anak-anak tau mana yang benar dan mana yang salah termasuk mereka mengetahui tujuan kuliah sebenarnya untuk apa dan setelah selesai mau kemana. Ini pola-pola sederhana tapi memberikan manfaat bagi anak-anak itu sendiri,” kata Mamiri.

Pada pertemuan itu juga, Tim Pengawas meminta pihak UNIPA untuk membantu mendorong anak-anak peserta beasiswa agar bisa menyelesaikan pendidikannya tepat waktu, kecuali ada kasus-kasus tertentu yang membuat mereka terlambat selesai kuliah.

Sementara itu Anggota Pengawas YPMAK, Samuel Rorimpandey kepada mitra UNIPA Manokwari mengatakan, perubahan dari LPMAK menjadi YPMAK ikut mempengaruhi tata kelola yang berubah. “Tadinya yang datang bertemu para mitra pendidikan adalah biro pendidikan, sekarang ini biro pendidikan sebagai pelaksana program sedangkan yang mengawasi dan memonitoring adalah   divisi monev,” ujarnya. Menurut Samuel, tugas pengawas adalah perpanjangan tangan dari pembina yayasan. Secara struktur posisi tertinggi adalah Pembina kemudian pengurus yang melaksanakan keputusan Pembina. Kata Samuel, tugas pengawas adalah memastikan apakah pengurus sudah melakukan sesuai arahan dari Pembina dan untuk mengetahui itu perlu kunjungan langsung sehingga bisa melihat, mendengar serta memperoleh data yang akurat. YPMAK, masih menurut Samuel, baru terbentuk pada Desember 2019 dan pengurus baru bekerja dalam setahun sehingga masih banyak proses yang perlu dilakukan. Apalagi menurutnya bicara pendidikan tidak saja masalah akademik tapi juga tentang perilaku.

Sedangkan Wakil Direktur YPMAK Bidang Monev, Johan Wambrauw atasnama Pengurus YPMAK mengucapkan terimakasih atas kerjasama dengan UNIPA yang telah berjalan selama ini dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) anak-anak Kamoro dan Amungme serta lima suku kekerabatan yang kuliah di UNIPA.

Melalui kunjungan ini,  YPMAK kedepan seperti disampaikan Wambrauw dipersiapkan menjadi yayasan donor sesuai grandmapping jadi tidak seperti era LPMAK. Sebagai pendonor, nantinya program dikelola oleh mitra yang professional di bidangnya, itu syarat utama. “Jadi bukan sekadar kerjasama,” ujarnya.

“Yang lebih muda bagi kami tentunya di bidang pendidikan sedangkan menjadi tantangan adalah di bidang ekonomi sebab tidak semua mitra yang bekerjasama di bidang ekonomi paham tentang kondisi di Papua terutama untuk program pengembangan ekonomi masyarakat. Kalaupun itu ada, tidak semua berbadan hukum yang professional dan berpengalaman. Mungkin juga memiliki pengalaman tapi diluar dari konsep yang dibutuhkan dan sulit diimplementasikan di Papua. Melalui kunjungan ini diharapkan mendapat masukan sebagai persyaratan terutama di bidang ekonomi seperti apa, agar nantinya tidak salah dalam memberikan masukan kepada managemen sebelum adanya keputusan,” paparnya.

Dalam kunjungan ke Manokwari, Tim Pengawas YPMAK juga berkesempatan bertemu dengan peserta program beasiswa. Sebanyak 24 orang peserta program beasiswa YPMAK dan delapan orang mahasiswa di luar peserta program beasiswa hadir pada pertemuan tersebut.

Menjawab pertanyaan para peserta program beasiswa tentang ada tidaknya penerimaan peserta beasiswa serta pengiriman keluar Timika maupun Papua, Ketua Pengawas YPMAK, John Mamiri menegaskan YPMAK pada tahun ajaran ini tidak mengirim anak-anak keluar. Itu artinya tidak ada proses penerimaan peserta program beasiswa. Selain wabah pandemi Covid-19 tapi YPMAK tahun ini lebih focus pada pendidikan Sekolah Asrama Taruna Papua di Timika. (thobias maturbongs)

744 Tampilan
Bagikan ke Sosial Media



Galeri Foto

Publikasi Pelaksanaan Program
Melalui Gambar

Galeri Video


Peta Kantor YPMAK


Alamat Kantor :
Pusat (sekretariat) :
Jalan Yos Soedarso Timika, Mimika – Papua Tengah Kode Pos 99910

Email : humas@ypmak.or.id




Copyright © 2025 | YPMAK Timika – Papua
Semua berita dalam web ini menjadi hak cipta YPMAK Timika