LEMBAGA Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) terus mendukung dan berupaya menjadikan Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) menjadi Rumah Sakit (RS) luar biasa di Wilayah Papua bagian selatan.
“Sebelumnya kita berharap RSMM kedepan menjadi Rumah Sakit mandiri, tidak harus bergantung pada LPMAK. Dan juga kita berupaya agar RSMM kedepan menjadi Rumah Sakit luar biasa di Papua bagian selatan.
Tentunya untuk menjadi mandiri dan luar biasa, perlu dukungan dan kerja sama dari kita semua baik itu LPMAK, PT. Freeport Indonesia, Yayasan Charitas Timika Papua (YCTP) yang merupakan pengelola RSMM,” kata Sekretaris Eksekutif LPMAK, Abraham Timang di RSMM.
RSMM harus menjadi Rumah Sakit luar biasa di Papua bagian selatan, karena ini adalah Rumah Sakit swasta milik masyarakat dan untuk masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat tujuh suku yaitu Amungme, Kamoro, Dani, Moni, Nduga, Damal, dan suku Mee.
Sebagai bentuk dukungan LPMAK kepada RSMM yang dikelola YCTP, telah diserahkan satu unit gedung rawat inap untuk pasien, yang diberi nama Bangsal Santa Clara.
Penyerahan satu asset dari LPMAK kepada pihak YCTP ditandai dengan penandatanganan surat penyerahan oleh Sekretaris Eksekutif LPMAK, Abraham Timang dan Direktur RSMM, dr. Theresia Nina di Timika, Senin (15/4).
Sekretaris Eksekutif LPMAK, Abraham Timang mengatakan setelah ter-jadinya penerapan Undang-Undang Minerba, ini sangat berdampak pada keuangan lembaga. Tetapi dengan berkat itu lembaga tetap melihat pro-gram-program prioritas sehingga menjadi fokus. Salah satu prioritas adalah soal kesehatan dimana RSMM menjadi pusat pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya tujuh suku.
“Kepentingan kesehatan ini menjadi prioritas atau focus kami, meskipun kondisi keuangan lembaga yang sangat minim. Sehingga ruangan yang sebelumnya adalah ruang bedah, sekarang diganti menjadi ruang rawat inap untuk pasien kelas I, II,”kata Abraham.
Melalui gedung ini, RSMM bisa melayani masyarakat 7 suku. Selain itu fasilitas yang ada bisa dimanfaatkan sebaik mungkin, sehingga kedepan RSMM mengarah pada kemandirian. Tentunya dengan memikirkan ruang-an-ruangan yang bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan pendapat-an.
“Kita sama-sama punya tanggung jawab untuk menjaga gedung yang ada ini. Kita bisa bangun gedung mewah tetapi susah untuk operasionalnya, beratnya merawat, menjaga itu menjadi tantangan kita. Sehingga fasilitas yang ada kita sama-sama mempunyai tanggung jawab untuk menjaga, melindungi sehingga dalam pelayanan kita kepada masyarakat, mereka bisa merasa nyaman, tentram dan pasien bisa cepat sembuh,”kata-nya.
Direktur RSMM, dr. Theresia Nina mengucapkan terimakasih kepada PT. Freeport Indonesia melalui LPMAK, yang telah membantu merenovasi ruang bedah yang lama. Kedepan ruang tersebut akan digunakan untuk perluasan ruang perawatan pasien kelas I, II dan sebagian akan digunakan untuk Kebidanan dan bagian anak.
“Kami berharap dukungan dari pa-ra stakeholder untuk membuat dan mendukung RSMM, dalam memenuhi visinya yaitu menjadi unggul dan mandiri di Timika. RSMM juga terus membenah dan memperbaiki system pengelolaannya supaya bisa memenuhi visi tersebut,”kata dr. Theresia.
Untuk bisa memenuhi visi RSMM, ada satu proses lagi yaitu akreditasi yang rutin dilakukan setiap tahun dan setiap tiga tahun. Karena akreditasi adalah salah satu syarat utama untuk diterbitkannya ijin operasional Rumah Sakit dan ijin lainnya termasuk ijin kerja sama dengan BPJS Kese-hatan.
“Sekali lagi kami mohon dukung_an dan support moril dari LPMAK se-bagai stakeholder, supaya setiap ke-giatan yang bertujuan untuk membangun rumah sakit menjadi lebih baik lagi dan bisa terlaksana dengan baik,”tambah dr. Theresia.
Penyerahan satu unit gedung ra-wat inap yang dinamakan Bangsal San-ta Clara menjadi bukti keseriusan LPMAK menjadikan RSMM menjadi RS luar biasa di Papua bagian Selatan, dan berharap Visi RSMM bisa terwujud dan menjadi RS mandiri. (etty wellerubun/jimmy rahadat)