PROVINSI Papua termasuk daerah yang belum terlalu berkembang di Indonesia. Tetapi, bukan merupakan rahasia lagi bahwa Papua memiliki potensi yang luar biasa. Salah satu potensi besar dari Papua berasal dari hutan sagu. Papua memiliki hutan sagu terbesar di seluruh dunia.
Di mana permintaan domestik tepung sagu sendiri mencapai 5 juta ton per tahun, dengan jumlah yang dapat dipenuhi baru sekitar 3,5 juta ton per tahun. Permintaan tersebut juga didukung oleh permintaan dari manca negara yang sangat masif.
Profesor Dr Margaret Chan dari Faculty of Plantation and Agro-technology in the Universiti of Teknologi MARA Malaysia mengatakan, pabrik pengolahan sagu rakyat yang dibangun Lembaga Pengembangan Masya-ra-kat Amungme dan Kamoro (LPMAK) di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, Indonesia, harus di-dukung keberadaannya. Sebab menurut Margaret Chan, pabrik pengolahan sagu rakyat tersebut selain bisa ikut menjawab kebutuhan permintaan dari manca negara tapi juga menjadi sumber pendapatan dan lapangan pekerja-an dari masyarakat Papua khususnya yang berada di sekitar lokasi pengolahan sagu.
Ungkapan Margaret Chan itu disampaikan di sela-sela acara 13th Internasional Sago Symposium yang berlangsung di River Side Majestic Hotel, Kuching, Sarawak, Malaysia pada 2 hingga 6 Oktober 2017.
Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) sebagai pe-ngelola Dana Kemitraan PT Freeport Indonesia (PTFI) mendapat undangan menghadiri acara tersebut.
Ketua Badan Pengurus LPM-AK, Yohanes Deikme, anggota Ba-dan Musyawarah, Dominicus Mitoro, Wakil Sekretaris Eksekutif LPMAK bidang Ekonomi, Yohanis Kum dan Asisten Wakil Sekretaris, Alexander Roy Olikasa yang ikut pada simposium ter-sebut mendapat apresiasi dari The Chief Minister of Sarawak, Datuk Patinggi Abang Haji Abdul Rahman Zohari bin Tun Datuk Abang Haji Openg.
Apresiasi itu diberikan kepa-da perwakilan LPMAK sebab LPMAK dinilai punya kepekaan dan inisiatif yang baik terhadap pengolaan sagu melalui pabrik pengolaan sagu rakyat.
Ketua Badan Pengurus, Yoha-nes Deikme dan anggota Badan Musyawarah, Dominicus Mitoro me-ngatakan, opitimis pabrik pe-ngo-laan sagu rakyat milik LPMAK akan memberikan manfaat bagi ma-syarakat Mimika serta Papua lainnya bahkan bisa menjawab kebutuhan tepung sagu dalam skala nasional.
Hal senada dikatakan Wakil Se-kretaris Eksekutif bidang Ekonomi, Yohanis Kum. “Kita punya daerah merupakan hutan sagu terbesar di Indonesia tapi kita sendiri kurang peduli. Para pakar yang berbicara tentang sagu di luar negeri ini, mereka tidak punya hu-tan sagu tapi lebih mengerti tentang sagu dan manfaatnya. Ini luar biasa,” kata Yohanis setelah mengikuti berbagai materi tentang sagu dan manfaatnya yang disampaikan para pembicara da-lam simposium tersebut.
Salah seorang pakar sagu, Prof Dr Hiroshi Ehara dari Nagoya Uni-versity Jepang mengaku siap membantu LPMAK di dalam bidang pemasaran tepung sagu ke luar negeri, jika pabrik pengolaan sagu rakyat milik LPMAK telah ber-operasi dan berproduksi.
“Beritahu saya kalau LPMAK punya pabrik sudah produksi,” pesan Hiroshi Ehara kepada tim perwakilan LPMAK.
Sementara itu Asisten Wase Ekonomi, Alexander Roy Olikasa mengatakan, hutan sagu yang luas di Papua, sayangnya, infrastruktur di Papua belum lah memadai untuk membangun industri skala besar untuk pengolahan sagu.
Di sini lah dibutuhkan peran pe-merintah yang lebih nyata untuk pemerataan pembangunan di daerah-daerah yang berpotensi tinggi untuk memenuhi kebutuhan domestik, dan bahkan untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara lain.
Pembangunan jalan dan transportasi darat, pembangunan pelabuhan dan transportasi air, pembangunan infrastruktur listrik dan pembangunan tempat tinggal diharapkan dapat menjadi prioritas utama, kata Roy. (thobias maturbongs)